Para sastrawan dari Paguyuban Sastra Budaya Jawa (Pasbuja) Kawi Merapi Kabupaten Sleman memberikan pembelajaran sastra Jawa bagi siswa kelas IV dan V SD Negeri Sleman 1 Triharjo, Sleman, Rabu (5/11/2025), yang bertujuan menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa dan budaya Jawa sejak dini melalui kegiatan interaktif, tembang anak, serta pembacaan dan pembuatan cerita cekak (cerkak).

Kepala SD Negeri Sleman 1, Kustantina Indah, S.Pd., M.Pd. menyampaikan bahwa pembelajaran sastra Jawa di Sekolah Dasar (SD) menjadi langkah penting dalam menjaga keberlanjutan budaya lokal yang kian tergerus zaman. Hal itulah yang nampak dalam kegiatan pembelajaran sastra Jawa yang diberikan oleh para sastrawan dari Komunitas Pasbuja.

Menurutnya, kegiatan ini menjadi bentuk sinergi positif antara sekolah dan komunitas budaya dalam memperkaya pengalaman belajar siswa. Ia menilai, keterlibatan sastrawan memberi warna baru dalam proses pendidikan karakter berbasis budaya. Hal ini menjadi contoh praktik baik dalam mengembangkan kreativitas siswa.

“Anak-anak perlu memahami bahwa Bahasa dan Sastra Jawa bukan sekadar mata pelajaran, melainkan bagian dari jati diri yang harus dijaga,”  penekanan yang telah disampaikan Ibu Kustantina Indah, S.Pd., M.Pd. selaku kepala sekolah SD Negeri Sleman 1.

Pembelajaran ini disampaikan sangat interaktif, dan penuh makna bagi puluhan siswa kelas IV dan V. Pembelajaran ini didampingi oleh Linggar Pradani selaku Wali Kelas IV, dan Herlambang Rasyidi sebagai Wali Kelas V. Para siswa tampak antusias menyimak materi pembelajaran dari Sastrawan R. Toto Sugiharto, yang dibantu Agus Suprihono dan Adnan Iman Nurtjahjo.

Toto tidak hanya berceramah, namun juga melibatkan siswa untuk membaca cerkak, menyanyikan tembang dolanan, dan praktik menulis cerita pendek berbahasa Jawa. Cara ini membuat pembelajaran terasa hidup, jauh dari kesan membosankan. Para siswa terlihat gembira dan bersemangat ketika diminta melantunkan tembang “Sinau Bareng Sastrawan” berbarengan sambil memahami makna filosofis di balik liriknya.

“Pembelajaran sastra Jawa tidak sekadar mengenalkan bahasa daerah, tetapi juga menanamkan nilai-nilai unggah-ungguh, budi pekerti, dan kearifan lokal yang melekat di setiap tembang, maupun cerkak,” tandas Toto.

Lebih lanjut, Wali Kelas IV, Linggar Pradani mengatakan, di tengah dominasi gawai dan bahasa global, upaya mengenalkan kembali sastra Jawa kepada anak-anak sekolah dasar merupakan langkah strategis yang patut diapresiasi. Dirinya pun mendapatkan inspirasi baru dalam mengajarkan muatan lokal bahasa Jawa agar lebih kontekstual dan menarik.

“Lewat karya sastra, anak-anak diajak memahami filosofi hidup orang Jawa yang halus dan penuh tata krama,” imbuhnya.

Sementara itu, Adnan Iman Nurtjahjo selaku anggota Pasbuja Kawi Merapi menyoroti pentingnya regenerasi pembaca dan penulis sastra Jawa sejak dini. Dengan menanamkan kecintaan terhadap sastra lokal, diharapkan akan lahir generasi muda yang bangga menggunakan bahasa Jawa dan mampu menulis karya sastra sendiri.

“Kalau tidak mulai dari sekolah, siapa lagi yang akan meneruskan warisan ini?” ucapnya penuh semangat.

Kegiatan pembelajaran sastra Jawa oleh Pasbuja dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa untuk berbahasa daerah. Anak-anak yang semula canggung berbahasa Jawa kini lebih berani berbicara, membaca, bahkan menulis cerkak sederhana yang rencananya akan dibukukan oleh SD Negeri Sleman 1.

Bagi Komunitas Pasbuja Kawi Merapi, program sastrawan masuk sekolah ini merupakan bentuk nyata pengabdian kepada masyarakat dan upaya melestarikan budaya lokal melalui pendidikan. Dengan menyapa langsung dunia anak-anak, para sastrawan turut membangun jembatan antara dunia sastra dan dunia pendidikan dasar.

Kegiatan ini merupakan upaya menanamkan akar identitas budaya yang kuat. Harapannya, dari ruang kelas yang sederhana, lahir benih-benih cinta sastra Jawa yang kelak akan menjaga warisan luhur Nusantara tetap tumbuh dan berbuah.(kolaborasi Kustantina Indah dengan (Adnan Nurtjahjo|KIM Pararta Guna Gamping).